Tuesday, March 20, 2018

Alergi Laktosa Beda Lho Sama Alergi Susu Sapi




Karena beda antara alergi laktosa dengan alergi susu sapi, tentu penanganannya tidak sama. Sayangnya, banyak orang tua yang menganggap alergi susu sapi itu sama dengan alergi laktosa.


Bahkan, ada yang tidak peduli entah itu alergi apa. Kalau anak alergi, ada orang tua yang langsung menghentikan pemberian susu sapi. Akibatnya, kebutuhan nutrisi anak tidak tercukupi sehingga perkembangan anak mengalami keterlambatan.

Tentu ibu tidak ingin hal tersebut terjadi, bukan? Maka dari itu, setidaknya ibu terus belajar banyak mengenai tumbuh kembang anak dan hal-hal yang bisa mempengaruhi, terutama mengenai alergi terhadap laktosa. Yang pasti, sekarang ibu hurus ingat alergi susu sapi dengan alergi laktosan itu beda ya bu.

Alergi Laktosa dan Penanganannya

Sebelumnya, ibu harus tahu dulu apa itu alergi. Sebenarnya, ini bukan gangguan kesehatan atau penyakit ya bu. Ini hanya respon tubuh terhadap allergen atau zat yang menyebabkan alergi. Bisa saja allergen tersebut tidak berbahaya. Namun, karena asing, tubuh merasa allergen tersebut berpotensi menyebabkan masalah. Akibatnya, tubuh merespon dengan alergi.

Kasus ini sering terjadi pada anak yang alergi susu sapi. Coba ibu bayangkan bagaimana mungkin susu sapi justru membuat anak mengalami gatal-gatal dan panas. Aneh, kan? Dan tidak bisa hal tersebut langsung ibu sebut susu sapi itu penyebab penyakit. Bukan ya bu. Itu hanya disebabkan oleh alergi.

Lalu, apa yang dimaksud dengan alergi laktosa? Itu artinya tubuh menganggap laktosa merupakan zat yang berbahaya. Laktosa allergennya.

Para ahli kesehatan bisa menjelaskan hal tersebut. Menurut mereka, laktosa di dalam tubuh anak yang terlalu sedikit membuat laktosa yang didapatkan dari susu atau makanan tertentu tidak bisa cerna. Jadi, bakteri di dalam tubuh tidak bisa membantu penguraian laktosa tersebut sehingga hal tersebut menyebabkan beberapa gejalan.

-          Kembung
Ini gejala yang paling sering dialami oleh anak yang alergi terhadap laktosa. Karena makanan atau minuman yang mengandung laktosa masuk ke dalam tubuh namun tidak bisa diuraikan, makanan tersebut menghasilkan gas dalam jumlah yang banyak. Akibatnya, anak mengalami perut kembung.

Tentu saja perut kembung tidak bisa dijadikan satu-satunya acuhan anak mengalami alergi laktosa atau tidak. Tentu harus ada gejala lain yang harus dipertimbangkan. Dengan demikian, ibu yakin betul ini bukan kembung biasa tapi kembung disebabkan oleh alergi.

-          Sakit Perut
Selain kembung, bisa juga anak mengalami sakit perut. Ini sama halnya seperti makanan atau minuman tidak bisa dicerna dengan sempurna sehingga menumpuk di dalam perut. Akibatnya, perut menjadi keras dan sakit. Ini juga yang terjadi jika anak alergi laktosa.

-          Diare
Ada sisa makanan yang walaupun tidak dicerna secara sempurna berhasil dikeluarkan. Hanya saja, bukan berupa BAB biasa tapi diare.

Ini sama dengan anak yang alergi terhadap susu sapi. Namun, untuk membedakan antara alergi laktosa dengan alergi susu sapi, perhatikan juga gejala lainnya.

Setidaknya tiga gejala itu yang menunjukkan anak alergi terhadap laktosa. Lalu, apa yang seharusnya ibu segera lakukan? Apakah harus menghentikan memberikan makanan atau minuman seperti susu yang mengandung laktosa? Ternyata, hal tersebut tidak disarankan oleh para ahli kesehatan.

Untuk anak yang alergi terhadap laktosa, sebaiknya anak tersebut tidak terlalu banyak diberi makanan atau minuman mengandung laktosa. Contohnya saja, ibu bisa beri susu dengan kadar yang sedikit.

Kenapa demikian? Karena bagaimanapun juga laktosa itu dibutuhkan oleh tubuh. Anak bisa lemas dan berat badannya turun jika tidak mendapatkan laktosa. Untuk itu, kadarnya saja yang diturunkan. Tubuh hanya butuh waktu untuk beradaptasi. Biarkan sistem pencernaan terbiasa untuk mencerna makanan dan minuman seperti itu.

Anak Yang Berisiko Mengalami Alergi Laktosa

Apakah anak ibu berpotensi mengalami alergi laktosa? Anak yang punya risiko tinggi terkena alergi laktosa adalah anak yang dulunya dilahirkan dalam keadaan prematur. Selain itu, tidak ada faktor yang begitu mempengaruhi.

Untuk anak kecil, kelahiran prematur bisa menimbulkan anak nanti mengalami alergi terhadap laktosa. Sementara itu, beda dengan orang dewasa. Secara umum, semakin dewasa usia seseorang maka potensi alergi laktosa itu semakin tinggi.

Meskipun demikian, bukan berarti anak yang dilahirkan secara normal terhindar dari alergi. Fakta menyebutkan hampir semua anak itu mengalami alergi, terutama di bulan pertama mereka mendapatkan susu. Hanya saja, tingkat atau level alerginya yang berbeda. Dan alergi tersebut akan berhenti dengan sendirinya ketika usianya sudah mencapai sekitar 2 atau 3 tahun. Jadi, sebenarnya tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan.

Pada intinya, alergi itu bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, jika alergi tersebut terjadi dalam kurun waktu yang lama atau bahkan membuat perkembangan anak terganggu, pada saat itulah sebaiknya ibu segera lakukan sesuatu. Temukan allergennya lalu lakukan penanganan sesuai yang tepat.

Tindakan seperti yang sudah dijelaskan di atas sebenarnya sudah cukup. Namun, jika ibu merasa tidak ada perkembangan sama sekali, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter anak. Bawa sang buah hati agar mendapatkan observasi sehingga diketahui apa penyebab utama alergi yang dialami oleh si kecil.

Kalaupun itu disebabkan oleh laktasa, jangan langsung berhenti mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu yang sering dikatakan diet. Itu tidak perlu dilakukan. Hanya saja, kurangi dulu kadar makanan atau minuman yang mengandung laktosa. Dengan demikian lambat laun alergi laktosa akan berhenti dengan sendirinya.

Sunday, March 18, 2018

Kandungan Susu Nutrilon Royal untuk Alergi Susu Sapi


Kandungan Susu Nutrilon sudah sangat lengkap. Makanya, salah jika ibu menganggap susu soya itu tidak lebih baik dibandingkan dengan susu sapi. Susu soya sama bagusnya dengan susu sapi karena kandungan di dalam susu soya seperti Susu Nutrilon yang sudah disempurnakan.

Dulu, susu soya dianggap kurang bagus. Orang tua pasti memilih susu sapi. Susu soya rendah nutrisi, terutama protein. Namun, anggapan tersebut sudah tidak berlaku lagi. Contoh sederhananya saja, kandungan protein di dalam Susu Nutrilon ini sangat tinggi. Dan yang pasti, protein pada susu ini jenisnya nabati karena diambil dari kacang kedelai.

Produsen juga menambahkan beberapa kandungan lainnya sesuai dengan yang dibutuhkan balita. Itulah mengapa tidak perlu ragu lagi untuk memberikan susu soya karena kandungannya sudah lengkap.

Kandungan Nutrisi Di Dalam Susu Nutrilon

Bukan hanya protein saja yang menjadi keunggulan dari kandungan pada Susu Nutrilon. Ada juga kandungan nutrisi lain yang tak kalah penting untuk memaksimalkan perkembangan balita.

Hal tersebutlah yang membuat produsen menambahkan beberapa nutrisi yang bagus untuk perkembangan anak. Nutrisi tersebut dimasukkan ke dalam susu soya agar kualitasnya tidak lagi berada di bawah susu sapi.

Lalu, apa saja kandungan nutrisi di dalam susu soya ini?

-          Omega 3
Banyak sekali penjelasan menganai manfaat omega 3 bagi balita. Hal itulah yang juga menjadi dasar mengapa susu soya Nutrilon juga dilengkap dengan omega 3. Kandungan ini juga sebenarnya ada di dalam susu sapi. Dan kini, Susu Nutrilon juga dilengkapi dengan omega 3.

Setidaknya ada tiga manfaat utama omega 3. Yang pertama untuk meningkatkan kecerdasan otak anak. Omega 3 merupakan asam lemak yang mampu mengembangkan otak saraf dan juga memperbaiki saraf yang rusak.

-          Zat Besi
Sebenarnya, zat besi juga berperan bersama-sama dengan omeg 3, yaitu untuk membantu merangsang perkembangan otak saraf anak. Hanya saja, manfaat lebih utama zat besi adalah untuk membantu untuk meningkatkan produksi hemoglobin. Hal ini menjadi sangat penting agar anemia bisa dicegah. Sayang sekali jika anak kecil sudah mengalami anemia. Ia bisa lemas dan kurang bertenaga. Imbasnya tentu pada terganggungnya tumbuh kembang anak.

-          Selenium
Sebenarnya, selenium banyak ditemukan pada telur. Hanya saja, selenium ini juga termasuk kandungan Susu Nutrilon. Salah satu fungsinya adalah untuk mencegah kanker. Bukan berarti anak kecil terhindar dari kanker ya bu. Siapa saja bisa berisiko terkena kanker. Apalagi kondisi udara yang kurang sehat sangat memungkinan anak terkena kanker.

Maka tidak salah jika ibu melakukan pencegahan dengan memberikan Susu Nutrilon kepada si kecil. Setidaknya, susu soya ini menurunkan risiko anak terkena kanker. Tapi, ibu juga harus ingat agar terus memastikan kondisi udara di dalam rumah sehat. Sebaiknya tidak ada asap rokok di dalam ruangan karena asap rokok merupakan salah satu pemicu kanker.

-          Antioksidan
Pernah dengar istilah antioksidan, bukan? Inilah yang menangkal radikal bebas penyebab berbagai masalah, terutama kanker. Antioksidan ini merupakan salah satu kandungan di dalam Susu Nutrilon yang secara aktif akan mencegah radikal bebas merusak tubuh si kecil.

-          Asam Amino
Menurut ibu, apa yang membuat berat badan anak naik? Benar sekali jika ibu jawab protein. Untuk anak yang memiliki berat badan di bawah normal, berikan makanan yang mengandung protein tinggi.

Namun, jika ingin berat badan naik cepat, berikan makanan yang mengandung asam amino. Kandungan inilah yang ternyata membantu protein untuk membentuk sel dan juga otot. Dengan demikian, massa otot naik dan berat badan anak menjadi normal.

Asam amino ini juga ada di dalam Susu Nutrilon. Makanya, jika berat badan anak rendah, berikan saja tiga gelas Susu Nutrilon setiap hari.
Itulah beberapa kandungan Susu Nutrilon yang membuat ibu yakin tidak salah jika memberikan susu soya ini untuk sang buah hati.

Susu Soya Hanya Untuk Anak Alergi Susu Sapi?
Tidak salah jika susu soya itu pengganti susu sapi. Banyak anak alergi susu sapi hingga akhirnya disarankan untuk diberi susu soya. Ini anjuran langsung dari dokter anak.
Akan tetapi, bukan berarti hanya anak yang alergi susu sapi saja yang perlu mengkonsumsi susu. Jika ibu sudah tahu lengkapnya kandungan di dalam Susu Nutrilon, tidak perlu alasan anak alergi susu sapi sehingga ibu membelikan susu soya yang satu ini.

Bahkan, ada alasan lain lho kenapa sebaiknya memilih susu soya. Kandungan protein nabati itu ternyata jauh lebih bagus. Selain itu, rasanya juga lebih enak. Kebanyakan susu sapi itu masih berbau. Makanya, ada beberapa anak yang menolak karena aroma yang ditimbulkan dari susu sapi tersebut. Dan ketika hal tersebut juga dialami oleh sang buah hati, sangat tepat jika ibu memilihkan susu soya.

Dan yang tak kalah penting lagi, hanya kedelai pilihan yang digunakan untuk membuat Susu Nutrilon. Jadi, bisa dipastikan si kecil akan mendapatkan nutrisi terbaik dari susu yang satu ini.
Masih ragu dengan apa lagi? Susu soya tidak lagi berada di level bawah setelah susu sapi. Jenis susu ini tidak pula susu alternatif hanya untuk anak yang mengalami alergi dengan susu sapi. Balita manapun baik mengkonsumsi susu soya. Kandungan Susu Nutrilon sudah sesuai dengan yang ditentukan oleh pakar kesehatan dan tumbuh kembang anak.
 

Tuesday, March 13, 2018

Masih Ragu Untuk Memberikan Susu Soya Untuk Anak 3 Tahun atau yang Alergi?



Rasanya aneh jika masih ada keraguan ketika ingin memberikan susu soya untuk anak 3tahun

Apa yang membuat ibu ragu?

Kebanyakan orang tua ragu karena ada stigma yang melekat pada jenis susu balita yang satu ini. Susu soya dianggap sebagai susu untuk balita level yang kedua. Yang pertama tentu saja susu sapi. Hal ini terkait dengan kandungan yang ada di dalam susu. Sudah banyak orang yang tahu jika susu sapi itu kandungannya sangat tinggi, terutama protein. Dan ibu pasti tahu protein ini sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita.

Alasan itulah yang membuat susu soya seolah susu yang kurang bagus. Makanya, banyak orang tua yang ragu untuk memberikan susu soya.

Susu Soya Bukan Susu Alternatif

Di sisi lain, ada juga anggapan bahwasannya susu soya itu susu alternatif. Artinya, bagi anak yang alergi terhadap susu sapi sudah bisa dipastikan harus mengkonsumsi susu soya. Benarkah demikian?

Tidak bisa dipungkuri dokter selalu menyarankan agar orang tua memberikan susu soya anak 3 tahun ketika anak ternyata mengalami alergi terhadap susu sapi. Akan tetapi, bukan berarti anak yang tidak mengalami alergi terhadap susu sapi tidak boleh memilih susu soya.

Kini, sudah banyak orang tua yang lebih memilih untuk memberikan susu soya daripada susu sapi. Hal ini disebabkan produsen susu soya sudah menyempurnakan produknya. Kandungan di dalam susu tersebut sudah sangat lengkap. Nutrisi yang dibutuhkan oleh balita usia 3 tahun ada di dalamnya.

Dan yang pasti, kandungan proteinnya tidak kalah bagus dibandingkan dengan susu sapi. Bahkan, kandungan protein nabati di dalam susu soya jauh lebih aman untuk sang buah hati.
Jadi, masih berpikir susu soya itu susu alternatif?

Apalagi Yang Diragukan?
Memang ada banyak pertanyaan dari orang tua sebelum memilih susu soya balita 3 tahun. Salah satu pertanyaan yang sering diajukan seputar kandungan nutrisi. Ada yang bilang kandungan nutrisi di dalam susu soya kurang lengkap. Lebih lengkap kandungan nutrisi di dalam susu sapi daripada susu soya.

Benarkah demikian? Sebenarnya tidak. Produsen susu soya tidak begitu saja memproduksi susu. Mereka pasti melibatkan ahli kesehatan untuk menemukan formula yang tepat. Formula tersebut terkait dengan kandungan nutrisi yang harus ada di dalam susu sota yang bisa menunjang tumbuh kembang anak. Maka dari itu, ada tambahan nutrisi di dalam susu soya sehingga jenis susu ini sekarang bisa disejajarkan dengan susu sapi. Bahkan, bisa dikatakan lebih tinggi daripada susu sapi.

Ada juga yang ragu karena takut anak tidak suka dengan susu soya. Ada kesan susu soya itu rasanya tidak enak. Lebih enak susu sapi daripada susu soya. Sebenarnya tidak. Justru susu soya tidak berbau seperti susu sapi. Apalagi jika ibu memilihkan susu soya untuk anak 3 tahun yang rasanya sesuai dengan yang disukai oleh si kecil. Sekarang ini, sudah ada beberapa varian rasa yang bisa ibu pilih.

Apa mungkin ibu punya pertanyaan yang lain?

Sangat wajar jika ibu khawatir jika ternyata tumbuh kembang balita kurang optimal. Hal tersebutlah yang membuat ibu mengajukan berbagai pertanyaan sebelum memutuskan untuk memberikan susu soya.
Akan lebih baik jika ibu konsultasi dengan dokter. Dengan demikian, ibu bisa mendapakan penjelasan lebih gamblang. Yang pasti, susu soya itu sama bagusnya dengan susu sapi. Bahkan, pada kondisi tertentu, justru susu soya dianggap sebagai pilihan yang terbaik.

Perhatikan Cara Membuat Susu Yang Benar
Sebenarnya, sudah ada aturan cara membuat atau menyajikan susu yang ditulis di bungkus susu. Hanya saja, banyak orang tua yang tidak memperhatikan aturan tersebut. Akibatnya, mereka salah dalam melakukan penyajian.

Mana yang lebih dulu antara menyeduh air hangat dengan memasukkan susu ke dalam botol atau gelas? Kebanyakan orang tua memasukkan susu ke dalam botol atau gelas terlebih dahulu baru kemudian menyeduh air hangat. Padahal cara tersebut kurang tepat. Cara tersebut justru membuat kandungan nutrisi hancul lantaran langsung terkena air hangat.

Sebaiknya, ibu ganti sebaliknya, Siapkan dulu air hangat dan masukkan ke dalam botol atau gelas. Baru kemudian ibu bisa masukkan susu. Ibu harus ingat cara yang benar ini.

Selain itu, ibu juga harus perhatikan takaran susu soya untuk balita 3 tahun. Memberikan susu dengan takaran berlebihan bisa membuat balita berisiko mengalami kegemukan atau obesitas. Tidak itu saja. Hal tersebut juga bisa memicu masalah pencernaan seperti sembelit.

Berapa kali sebaiknya ibu memberikan susu soya setiap hari? Sama seperti susu sapi, yaitu 3 kali sehari. Lebih dari 3 kali sehari tidak direkomendasikan. Pasalnya, balita merasa kenyang sehingga konsumsi makanan berkurang.

Buatlah jadwal pemberian susu, yaitu di pagi, siang, dan di malam hari. Selain itu, ibu bisa siapkan minuman lainnya seperti jus buah, teh, dan air putih. Semakin variatif minuman yang dikonsumsi oleh si kecil maka itu lebih baik.

Jadi, masih ada yang diragukan lagi terhadap susu sota? Seharusnya tidak. Akan tetapi, keputusan tetap ada pada ibu sendiri. Yang pasti, ibu harus tahu apa yang dibutuhkan oleh si kecil. Dengan demikian, ibu bisa memberikan sesuai yang si kecil butuhkan. Kalapun ibu tidak memberikan susu sapi, pastikan ibu memberikan susu soya untuk anak 3 tahun yang terbaik.

Monday, March 12, 2018

Info Kesehatan Balita Tentang Dampak Si Kecil Ogah atau Alergi Minum Susu




Sepertinya info kesehatan balita yang selalu disebarkan entah itu secara lisan maupun tulisan belum bisa menggugah kesadaran orang tua. Faktanya, Indonesia masih pada posisi terendah dalam hal konsumsi susu. Banyak anak balita yang tidak mau minum susu. Entah tidak mau atau barangkali orang tua yang tidak mau berusaha untuk memberikan susu. Alasannya anak balita sudah dewasa sehingga tidak perlu lagi minum susu.

Apa yang terjadi? Tingkat kesehatan anak Indonesia rendah. Mereka rentan sekali sakit. Tingkat kecerdasannya pun masih di bawah negara ASEAN lainnya.

Tentu saja bukan hanya susu saja yang menjadi faktor penyebabnya. Faktor lingkungan, pendidikan, dan pola asuh orang tua juga berpengaruh. Hanya saja, faktor nutrisi sangat penting. Dan jika ditanya apa sumber nutrisi yang dibutuhkan oleh balita, tentu saja jawabannya adalah susu.

Hal tersebut yang membuat banyak pakar kesehatan anak tidak pernah lelah untuk memberikan informasi kesehatan balita tentang pentingnya susu. Bahkan, mereka juga ingin menekankan bahwasannya susu itu bukan hanya untuk balita saja tapi juga orang-orang dewasa.

Rasanya sudah sangat massive penyebaran info kesehatan seperti itu. Namun, kenapa Indonesia masih pada urutan yang rendah dalam hal konsumsi susu?

Alasan Mengapa Konsumsi Susu Balita Rendah
Sebenarnya sangat mudah untuk menebak mengapa banyak orang tua yang tidak memberikan susu kepada anak mereka meskipun tahu pentingnya susu untuk kesehatan anak.

1.      Susu Mahal
Ada kesan di masyarakat bahwasannya susu itu mahal. Apalagi mereka yang tinggal di desa. Susu itu seolah minuman orang-orang kaya saja. Hal ini membuat mereka merasa kuwalahan jika harus memberikan susu setiap hari kepada anak mereka.

Namun, apakah benar susu itu mahal? Sebenarnya tidak semua susu itu mahal. Banyak sekali merk susu balita yang harganya sangat terjangkau. Bahkan, bukan hal yang salah jika orang tua memberikan susu olahan petani lokal yang pastinya jauh lebih bergizi dan jauh lebih murah harganya.

2.      Susu Tidak Penting
Sebenarnya, tidak tepat jika banyak orang tua menganggap susu itu barang yang mahal. Pada kenyataannya, banyak orang tua yang mampu memberikan mainan mahal atau bahkan hampir setiap hari memberikan makanan dan snack. Dan jika dilihat dari segi harga, susu justru jauh lebih murah.

Maka dari itu, ada alasan lain yang membuat orang tua tidak memberikan susu kepada anak. Yaitu anggapan bahwa susu itu tidak penting. Susu hanya penting ketika anak masih kecil atau masih bayi. Sementara itu, ketika anak balita atau bahkan sudah masuk sekolah, anak sudah tidak perlu lagi minum susu.

3.      Kesadaran Kurang
Semua orang tua pasti tahu tentang info kesehatan balita. Dan mereka ingin sekali sang buah hati sehat selalu. Semua hal dilakukan seperti memberikan makanan yang sehat serta memastikan lingkungan baik. Sayangnya, tidak ada kesadaran yang penuh tentang pentingnya minum susu. Hal ini bisa dilihat bagaimana di meja makan yang disajikan minuman teh dan jus, bukan susu. Bukan berarti minuman seperti teh dan jus itu tidak bagus. Dua jenis minuman tersebut sangat bagus. Hanya saja, akan lebih baik jika di meja makan ada satu gelas susu dihidangkan setidaknya setiap pagi.

Sayangnya, hal tersebut tidak terjadi. Orang tua merasa tidak aneh jika anak tidak minum susu. Ini menunjukkan bahwa kesadaran pentingnya balita minum susu itu sangat kurang.

4.      Minumnya Produksi Susu Lokal
Kebiasaan masyarakat itu dipengaruhi oleh lingkungan. Contohnya saja, daerah di mana banyak sekali buah-buahan tumbuh subur pasti membuat masyarakat terbiasa mengkonsumsi buah-buahan. Hal ini juga yang akan terjadi jika produksi susu lokal berkembang. Sayangnya, tidak.

Jika produksi susu lokal melimpah, setidaknya ada dua pengaruh besar di masyarakat. Pertama, mereka akan terbiasa untuk mengkonsumsi susu produksi lokal. Yang kedua, harga susu jauh lebih murah.

Mungkin masih ada alasan lain mengapa orang tua merasa susu balita itu tidak penting. Apa mungkin ibu punya alasan sendiri?

Dampak Buruk Yang Bisa Terjadi
Keengganan untuk membudayakan minum susu tidak hanya berimbas pada kesehatan anak saja. Kampanye minum susu bukan hanya sekedar penyebaran info kesehatan balita. Lebih dari itu, ini berkaitan dengan pola pikir.

Tidak salah jika ada yang menyimpulkan masyarakat Indonesia itu belum begitu mau memikirkan hal yang teramat penting. Contohnya saja kesehatan. Banyak yang tidak memperdulikan kesehatan. Asalkan mereka tidak sakit, tinggal di tempat yang kotor dengan sampah yang berserakan di mana pun tidak masalah. Buang sampah sembarangan tidak masalah asalkan tidak menimbulkan banjir. Jadi, memikirkan masa depan yang jauh belum dilakukan.

Maka dari itu, dikhawatirkan generasi muda Indonesia kalah bersaing dengan negara lain. Sementara orang lain menyiapkan generasi muda yang sehat, kita belum memikirkan tentang hal tersebut. Kita masih berkutat pada bagaimana bertahan hidup saja.

Lalu, apa solusinya? Setiap orang tua harus memiliki kesadaran bahwasannya menjaga kesehatan anak itu teramat penting. Berikan yang terbaik agar anak sehat. Minum susu setiap hari. Beri makan makanan yang bergizi. Jangan biarkan anak jajan sembarangan. Karena hanya dengan badan yang sehat, tumbuh kembangnya pun optimal. Mereka tumbuh menjadi orang yang cerdas. Itu sebenarnya tujuan utamanya.

Oleh sebab itu, kesadaran pentingnya menjaga kesehatan anak  harus lebih ditekankan. Dan itu tidak hanya cukup dengan cara membagikan informasi kesehatan balita saja.

Thursday, March 8, 2018

Susu Soya Untuk Anak yang Alergi Saja? Tidak Ya Bu



Banyak yang menganggap susu soya untuk anak alergi susu sapi saja. Ini seolah-olah ini susu soya sebagai alternatif saja, bukan pilihan utama. Padahal, tidak demikian.

Memang benar sering kali dokter anak atau para ahli kesehatan anak menyarankan agar mengganti susu sapi dengan susu soya jika anak mengalami alergi susu. Kemungkinan besar anak tersebut alergi terhadap kandungan protein tinggi di dalam susu sapi. Lain hal dengan susu soya. Protein nabati jarang sekali menyebabkan alergi.

Akan tetapi, hal tersebut tidak lantas membuat susu soya berada di kelas kedua setelah susu sapi. Sebenarnya, banyak kelebihan dari susu soya untuk perkembangan anak.

Bandingkan Sendiri Antara Susu Soya Dan Susu Sapi

Sebelum menentukan pilihan, Anda perlu melakukan perbandingan dulu mana yang terbaik antara susu soya dengan susu sapi. Yang pasti, keduanya mengandung protein. Hanya saja sumber proteinnya yang berbeda. Susu sapi mengandung protein hewani. Sementara itu, susu soya mengandung protein nabati dari kacang kedelai. Jadi, dalam hal ini, sebenarnya tidak ada yang menang. Keduanya sama-sama unggul.

Namun, bagaimana dengan kandungan serat? Jelas susu soya yang menang. Kacang kedelai termasuk sumber serat paling tinggi. Dan serat ini dibutuhkan tubuh si kecil agar sistem pencernaan baik.

Jangan sepelekan sistem pencernaan ya. Terkadang, orang tua hanya mengetahui sistem pencernaan itu hanya berkaitan dengan penyakit perut, susah BAB, dan diare. Padahal tidak sampai di situ saja. Ini juga terkait dengan asupan nutrisi ke seluruh tubuh. Bagaimana nutrisi bisa tersalurkan jika sistem pencernaan bermasalah? Itulah mengapa jika perkembangan anak ingin maksimal, ibu harus pastikan ia tidak memiliki masalah dengan sistem pencernaan. Berikan makananyang mengandung tinggi serat. Berikan juga susu soya untuk anak.

Adakah hal lain yang menjadi kelebihan dari susu soya? Tentu saja ada, yaitu lemak. Tahukan ibu bahwasannya susu soya itu rendah lemak? Memang lemak dibutuhkan oleh anak. Pasalnya, lemak baik di dalam tubuh bisa dikonversi menjadi energi. Dengan demikian, anak bisa aktif terus menerus mulai dari pagi hingga sore hari.

Akan tetapi, ada beberapa anak yang tidak membutuhkan lemak. Anak dengan berat badan di atas rata-rata sebaiknya tidak mengkonsumsi susu sapi, tapi susu soya. Tidak adanya kandungan lemak di dalam susu soya diharapkan bisa menurunkan berat badan anak secara signifikan.

Namun, yang paling penting adalah kolesterol free. Tidak ada kandungan kolesterol di dalam susu soya. Ini yang menjadi pembeda antara susu sapi dengan susu soya. Di dalam susu sapi, terdapat kolesterol LDL yang sangat tinggi. Jika ibu tahu bahaya kolesterol, pasti pilihannya adalah memberikan susu soya untuk balita.
Setidaknya informasi tersebut di atas bisa membuat ibu semakin yakin jika susu soya bukanlah susu alternatif ketika anak mengalami alergi terhadap susu sapi. Setuju, kan bu?

Kekurangan Susu Soya
Meskipun banyak sekali kelebihan susu soya, tidak bisa dipungkuri bahwasannya ada kelemahan pada jenis susu anak yang satu ini. Contohnya saja kurangnya nutrisi kalsium. Makanya, produk susu soya untuk anak tertentu ditambah dengan kandungan lain seperti kalsium. Hal ini disebabkan balita sangat membutuhkan kalsium untuk memastikan pertumbuhan tulang dan gigi baik.

Ada yang bilang susu sapi lebih mencerdaskan otak anak karena kandungan asam amino lebih tinggi dibandingkan dengan susu soya. Itu memang benar. Namun, tidak lantas membuat anak yang mendapatkan susu sapi jauh lebih pintar. Bagaimanapun juga, kecerdasan anak itu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor nutrisi saja. Faktor eksternal juga tak kalah berpengaruh, seperti lingkungan, stimulus yang diberikan, dan lain sebagainya.

Meskipun demikian, memang benar ibu tidak boleh asal-asalan dalam memilih susu soya. Pilihlah susu soya yang terbaik. Perhaikan kandungan nutrisi di dalam susu yang akan ibu pilih. Susu soya yang bagus itu yang sudah mendapatkan tambahan nutrisi seperti L-Methionine, L-Carnitine, Taurine, dan beberapa nutrisi untuk memaksimalkan tumbuh kembang balita.

Stigma Yang Membuat Orang Tua Tidak Memilih Susu Soya

Harus diakui ada stigma yang melekat di masyarakat. Mereka lebih percaya dengan susu sapi daripada susu soya. Hal ini dikarenakan dari dahulu memang orang tua memberikan susu sapi, bukan susu kedelai.

Akan tetapi, setelah wawasan ibu sudah semakin luas mengenai gizi untuk anak balita dan kandungan nutrisi di dalam setiap produk anak, tentu ibu bisa menilai secara obyektif, bukan hanya ikut-ikutan saja.

Yang pasti, tidak salah jika ibu memberikan susu soya kepada anak. Ini bukan susu yang levelnya lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Tidak juga kecerdasan anak bisa tidak maksimal jika diberi susu soya saja.

Terlepas dari perdebatan antara susu sapi dan susu soya, seharusnya harus disadari oleh semua orang tua bahwasannya susu itu hanya suplemen. Sumber nutrisi utama tidak lain berasal dari makanan, bukan susu. Oleh sebab itu, ibu sebagai orang tua seharusnya fokus pada pemenuhan kebutuhan nutrisi anak dengan memberikan makanan yang bergizi. Sebaiknya sang buah hati juga mendapatkan makanan yang variatif. Jadi, ibu tidak hanya fokus memberikan susu saja.
Bahkan, semakin besar, seharusnya anak mencoba berbagai jenis minuman lainnya seperti jus jambu, jus mangga, jus alpukat, dan lain sebagainya. Jadi, si kecil tidak hanya mengkonsumsi susu saja sebagai minuman sehari-hari.

Wednesday, February 21, 2018

Bukan Hanya Bintik-Bintik Merah Menjadi Cici-Ciri Bayi Alergi Susu Sapi


Sedih sekali jika ibu melihat munculnya ciri-ciri bayi alergi susu sapi. Karena bagaimanapun juga, si kecil seharusnya mendapatkan gizi yang cukup dari susu. Lalu, bagaimana jika justri ia alergi terhadap susu sapi?

Sebenarnya ada solusinya, yaitu memberikan susu kedelai. Setidaknya susu ini menjadi pengganti susu sapi. Hanya saja, kandungan gizi di dalam susu kedelai tidak sebanyak dan selengkap yang ada di dalam susu sapi. Ini yang menjadi persoalan selanjutnya.

Akan tetapi, sebelum ibu mengganti susu sapi dengan susu kedelai, apakah ibu yakin si kecil mengalami alergi susu sapi? Apa jangan-jangan ia hanya demam biasa?

Banyak orang tua yang hanya mengerti satu ciri-ciri anak alergi susu sapi, yaitu munculnya bintik merah pada kulit sang buah hati. Padahal, bisa saja lho hal tersebut disebabkan karena demam biasa. Maka dari itu, jangan terburu-buru untuk mengganti susu.
Setidaknya, ibu harus tahu ciri-ciri anak mengalami alergi susu sapi selain bintik merah.

Tanda-Tanda Anak Alergi Susu Sapi Selain Bintik Merah

Untuk memastikan bahwasannya anak ibu memang mengalami alergi susu sapi, setidaknya ada ciri lain yang menyertai selain munculnya bintik merah. Apa saja itu?
1.      Diare
Efek lain selain keluarnya bintik merah saat anak alergi susu sapi adalah diare. Hal ini disebabkan sistem pencernaan tidak mampu mencerna kandungan di dalam susu yang anak konsumsi.

Dalam dunia medis, alergi terhadap susu itu lebih disebabkan oleh sistem pencernaan yang tidak mengenal jenis protein yang terkandugn di dalam susu. Jenis protein tersebut dianggap sebagai hal yang membahayakan. Makanya, protein tidak dicerna tapi langsung dikeluarkan melalui diare.

2.      Mata Berair
Para ahli kesehatan mengatakan kesehatan seseorang itu bisa dilihat dari matanya. Jika matanya bersih dan jernih, kondisi kesehatannya bagus. Lain hal jika matanya merah, sayu, dan berair. Pasti ada masalah dengan kesehatannya.

Ini juga yang menjadi salah satu ciri-ciri bayi alergi susu sapi. Perhatikan mata sang buah hati. Jika matanya sering mengeluarkan air dan itu disertai dengan diare serta munculnya bintik merah pada kulit, besar kemungkinan itu merupakan tanda anak alergi susu sapi.

3.      Kolik
Ibu tahu istilah yang satu ini? Ini merupakan kondisi di mana anak sering sekali menangis tanpa sebab. Biasanya, anak menangis di malam hari hingga pagi hari. Kolik pada anak merupakan kondisi di mana anak mengalami masalah pencernaan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya disebabkan oleh susu sapi.

Karena ia merasa kesakitan di bagian sistem pencernaan, si kecil akhirnya menangis. Itulah yang sering disebut dengan kolik. Menangis menjadi respon ketika anak merasakan sakit yang luar biasa.
Jika ada empat tanda bayi alergi susu sapi tersebut, ibu harus segera melakukan tindakan.

Haruskah Bayi Dibawa Ke Dokter?
Banyak orang tua yang panik dan akhirnya langsung keluar rumah dan membawa anak ke dokter.  Bahkan, ada juga yang langsung membawanya ke rumah sakit.
Tentu hal tersebut wajar dilakukan oleh seorang orang tua. Apalagi mereka baru pertama kali memiliki anak. Akan tetapi, itu bukan tindakan yang tepat.
Ada beberapa hal yang perlu ibu lakukan terlebih dahulu sebelum akhirnya ibu bawa anak ibu ke dokter.
-          Pemberian Susu Dihentikan
Jika ibu yakin bahwa anak alergi terhadap susu sapi, hentikan pemberian susu. Namun, hal ini juga bisa ibu lakukan walaupun ibu masih ragu apa faktor penyebabnya. Setidaknya, ini tindakan awal yang seharusnya ibu lakukan.

-          Berikan ASI
Sebagai pengganti susu, ibu berikan ASI dalam jumlah yang banyak. Berikan ASI lebih banyak dari biasanya.

-          Berikan Makanan Bergizi
Kebutuhan gizi anak harus tercukupi. Sementara si kecil tidak mendapatkan susu, ibu berikan makanan yang bergizi. Hindari memberikan makanan yang kandungan proteinny terlalu tinggi seperti daging sapi atau ayam. Buatkan makanan yang terbuat dari sayuran.

Jika upaya tersebut sudah ibu lakukan tapi ciri-ciri anak alergi susu masih muncul, ibu bisa bawa ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pertolongan medis.
Setiap Anak Alergi Susu Sapi
Ada dikotomi antara anak yang alergi terhadap susu dan anak yang tidak alergi dengan susu. Masyarakat sudah terlanjur memberi label bahwasannya anak yang alergi susu sapi itu memiliki kondisi tubuh yang kurang sehat. Lebih dari itu, perkembangannya pun terhambat.
Benarkah demikian? Ada sisi benarnya tapi tidak sepenuhnya. Secara medis, setiap anak itu mengalami alergi terhadap susu sapi. Hanya saja, anak yang tidak kolik, mata berair, keluar bintik merah pada kulit, dan beberapa tanda bayi alergi susu sapi lainnya itu artinya mereka toleran terhadap kandungan yang ada di dalam susu. Sementara itu, anak yang tidak toleran akan mengalami efek yang telah disebutkan sebelumnya.
Lalu, pertanyaannya sekarang adalah mengapa ada yang toleran dan ada yang tidak toleran? Ini tergantung pada sistem kekebalan tubuh anak. Semakin kebal sistem imun tubuh, maka anak semakin toleran terhadap susu. Begitu juga sebaliknya.
Itulah mengapa seorang ibu sangat dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif. Inilah yang bisa membuat bayi memiliki sistem imun yang sangat kuat. Dengan demikian, ia bisa terhindar dari risiko mengalami alergi susu ketika ia sudah balita nanti.
Tentunya ibu tidak hanya perlu mengetahui informasi ini saja. Ibu harus perkaya wawasan lainnya terutama tentang beberapa ciri-ciri bayi alergi susu sapi lainnya.


Landing page: 

Monday, February 19, 2018

Saat Alergi Susu Sapi Pada Bayi, Jangan Asal Memberikan Makanan



Alergi susu sapi pada bayi sebenarnya bisa sembuh dengan sendirinya. Dengan berjalannya waktu, hal tersebut akan hilang secara alami. Umumnya, saat balita 3 tahun, alergi susu sapi tersebut sembuh.

Akan tetapi, tentu ibu tidak ingin membiarkan sang buah hati terus menerus mengalami alergi susu sapi. Mungkin ibu akan melakukan jalan pintas, yaitu menghentikan pemberian susu untuk sementara waktu. Akan tetapi, bagaimana dengan kebutuhan proteinnya? Salah satu keunggulan dari susu sapi adalah tingginya kandungan protein yang memang dibutuhkan oleh sang buah hati. Itu artinya, jika anak tidak minum susu karena alergi, kebutuhan proteinnya kemungkinan besar tidak terpenuhi.

Sebelum membahas tentang hal tersebut, ada hal yang harus juga dipahami oleh para orang tua. Ketika bayi lactose intolerance, itu tidak cukup dengan hanya menghentikan pemberian susu sapi. Ibu harus tahu mengapa anak alergi terhadap susu.

Mengapa Bayi Alergi Susu Sapi

Langkah yang tepat jika ibu langsung menghentikan pemberian susu saat anak mengalami alergi terhadap susu. Akan tetapi, sebenarnya bukan itu saja yang harus ibu lakukan.
Pernahkah ibu bertanya mengapa ada anak yang alergi terhadap susu sapi? Para ahli kesehatan anak mengatakan hal tersebut sangat bisa terjadi lantaran ada allergen yang membuat anak alergi. Allergen yang dimaksud bermacam-macam. Akan tetapi, untuk kasus bayi mengalami alergi susu sapi, kemungkinan besar allergennya adalah protein. Seperti yang ibu ketahui, di dalam susu sapi, terdapat kandungan protein yang sangat tinggi, bukan?

Jadi, sebenarnya bukan hanya pemberian susu saja yang harus dihentikan, tapi juga semua jenis makanan yang mengandung protein tinggi. Apa saja itu?
1.      Telur
Dalam hal ini, ibu harus tahu kandungan protein tertingginya ada pada putih telur, bukan kuning telur. Lebih dari itu, putih telur mengandung protein murni tanpa lemak.

2.      Daging Ayam
Memang tidak semua bagian daging ayam mengandung protein tinggi. Saat bayi mengalami alergi terhadap susu sapi, jangan berikan makanan dari daging ayam bagian dada mengingat bagian inilah yang kandungan proteinnya sangat tinggi.

3.      Keju
Mungkin saja sang buah hati suka sekali makanan yang ada kejunya. Contohnya saja roti isi keju. Hentikan dulu untuk sementara hingga ia tidak lagi mengalami alergi. Dikhawatirkan, walaupun ibu sudah menghentikan memberikan susu sapi, alergi tetap saja dialami oleh sang buah hati lantaran keju juga mengandung protein yang sangat tinggi.

4.      Daging Sapi
Untuk yang satu ini tidak perlu dijelaskan lagi, bukan? Sudah jelas daging sapi merupakan sumber protein yang paling tinggi.

5.      Udang
Ada beberapa jenis seafood yang kandungan proteinnya tak kalah tinggi dibandingkan dengan daging sapi. Salah satunya adalah udang. Jadi, jangan buatkan makanan dari udang.
Kalau tidak diberi makanan seperi itu, kebutuhan proteinnya tidak terpenuhi dong? Betul sekali. Namun, ibu harus ingat, allergennya adalah protein. Makanya, bayi alergi susu sapi. Namun, bukan berarti anak tidak akan mendapatkan protein sama sekali lho bu.

Jika Tidak Mau Minum Susu, Kebutuhan Protein Tidak Terpenuhi
Langkah antisipasi harus dilakukan. Saat anak alergi protein di dalam susu dan juga makanan tertentu, bukan berarti ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan protein. Ada sesuatu yang aman yang bisa ibu lakukan.
Sebenarnya, bukan hanya protein saja yang tak tercukupi, tapi juga vitamin D. Ini jauh lebih berbahaya mengingat anak yang kekurangan vitamin D cenderung lemas dan tidak punya cukup tenaga untuk beraktivitas. Efek jangka panjangnya adalah pertumbuhan fisik yang tidak optimal.
Untuk itu, ada beberapa hal yang bisa ibu lakukan.
-          Beri Susu Soya
Ini beda dengan susu sapi. Susu soya merupakan susu yang terbuat dari kedelai. Kedelai juga mengadung protein namun jenisnya adalah protein nabati.

-          Pilih Makanan Yang Tepat
Ibu sudah tahu bukan beberapa makanan yang tidak bagus untuk dikonsumsi oleh bayi yang alergi terhadap susu sapi. Namun, ada makanan yang baik seperti bayam, olahan kacang kedelai, kuning telur, serta brokoli.
Setidaknya, dengan melakukan hal tersebut, perkembangan sang buah hati tetap optimal.

Perlukah Periksa Ke Dokter?
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sebenarnya alergi itu bisa sembuh dengan sendirinya. Biasanya, saat usia anak mencapai 3 tahun, alergi susu sapi bisa hilang secara alami.
Akan tetapi, ibu pasti tidak tega melihat anak gatal-gatal, sesak nafas, atau bahkan panas yang tinggi yang merupakan tanda-tanda anak alergi susu, bukan? Melakukan beberapa hal tersebut di atas sebenarnya sudah cukup. Lihat saja perkembangannya. Jika alergi tetap terjadi, saat itulah ibu perlu konsultasi dengan dokter anak.

Ada beberapa hal yang akan ditanyakan oleh dokter saat ibu mengajak anak periksa ke dokter. Salah satunya pertanyaan mengenai gejala alergi susu sapi yang dialami oleh sang buah hati. Kemudian, ibu juga akan ditanyakan makanan apa yang biasanya membuat anak alergi.
Observasi secara langsung juga akan dilakukan oleh dokter selain juga melakukan tanya jawab. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan apa yang sebenarnya menyebabkan anak alergi. Dengan demikian, dokter bisa memberikan saran yang tepat.


Yang terpenting, saat ini ibu sudah tahu apa saja tindakan langsung yang harus ibu lakukan. Tentu ibu juga perlu tahu lebih banyak lagi mengenai hal ini demi menjaga kesehatan sang buah hati. Untuk itu, ibu perlu mengikuti hal-hal terbaru terkait dengan alergi susu sapi pada bayi.