Karena beda antara alergi laktosa dengan alergi susu sapi, tentu penanganannya tidak sama. Sayangnya, banyak orang tua yang menganggap alergi susu sapi itu sama dengan alergi laktosa.
Bahkan, ada yang tidak peduli entah itu alergi apa. Kalau anak alergi, ada orang tua yang langsung menghentikan pemberian susu sapi. Akibatnya, kebutuhan nutrisi anak tidak tercukupi sehingga perkembangan anak mengalami keterlambatan.
Tentu
ibu tidak ingin hal tersebut terjadi, bukan? Maka dari itu, setidaknya ibu
terus belajar banyak mengenai tumbuh kembang anak dan hal-hal yang bisa
mempengaruhi, terutama mengenai alergi terhadap laktosa. Yang pasti, sekarang
ibu hurus ingat alergi susu sapi dengan alergi laktosan itu beda ya bu.
Alergi
Laktosa dan Penanganannya
Sebelumnya,
ibu harus tahu dulu apa itu alergi. Sebenarnya, ini bukan gangguan kesehatan
atau penyakit ya bu. Ini hanya respon tubuh terhadap allergen atau zat yang
menyebabkan alergi. Bisa saja allergen tersebut tidak berbahaya. Namun, karena
asing, tubuh merasa allergen tersebut berpotensi menyebabkan masalah.
Akibatnya, tubuh merespon dengan alergi.
Kasus
ini sering terjadi pada anak yang alergi susu sapi. Coba ibu bayangkan
bagaimana mungkin susu sapi justru membuat anak mengalami gatal-gatal dan
panas. Aneh, kan? Dan tidak bisa hal tersebut langsung ibu sebut susu sapi itu
penyebab penyakit. Bukan ya bu. Itu hanya disebabkan oleh alergi.
Lalu,
apa yang dimaksud dengan alergi laktosa? Itu artinya tubuh menganggap laktosa
merupakan zat yang berbahaya. Laktosa allergennya.
Para
ahli kesehatan bisa menjelaskan hal tersebut. Menurut mereka, laktosa di dalam
tubuh anak yang terlalu sedikit membuat laktosa yang didapatkan dari susu atau
makanan tertentu tidak bisa cerna. Jadi, bakteri di dalam tubuh tidak bisa
membantu penguraian laktosa tersebut sehingga hal tersebut menyebabkan beberapa
gejalan.
-
Kembung
Ini gejala yang paling sering dialami oleh anak yang alergi
terhadap laktosa. Karena makanan atau minuman yang mengandung laktosa masuk ke
dalam tubuh namun tidak bisa diuraikan, makanan tersebut menghasilkan gas dalam
jumlah yang banyak. Akibatnya, anak mengalami perut kembung.
Tentu saja perut kembung tidak bisa dijadikan satu-satunya
acuhan anak mengalami alergi laktosa atau tidak. Tentu harus ada gejala lain
yang harus dipertimbangkan. Dengan demikian, ibu yakin betul ini bukan kembung
biasa tapi kembung disebabkan oleh alergi.
-
Sakit Perut
Selain kembung, bisa juga anak mengalami sakit perut. Ini sama
halnya seperti makanan atau minuman tidak bisa dicerna dengan sempurna sehingga
menumpuk di dalam perut. Akibatnya, perut menjadi keras dan sakit. Ini juga
yang terjadi jika anak alergi laktosa.
-
Diare
Ada sisa makanan yang walaupun tidak dicerna secara sempurna
berhasil dikeluarkan. Hanya saja, bukan berupa BAB biasa tapi diare.
Ini sama dengan anak yang alergi terhadap susu sapi. Namun,
untuk membedakan antara alergi laktosa dengan alergi susu sapi, perhatikan juga
gejala lainnya.
Setidaknya
tiga gejala itu yang menunjukkan anak alergi terhadap laktosa. Lalu, apa yang
seharusnya ibu segera lakukan? Apakah harus menghentikan memberikan makanan
atau minuman seperti susu yang mengandung laktosa? Ternyata, hal tersebut tidak
disarankan oleh para ahli kesehatan.
Untuk anak
yang alergi terhadap laktosa, sebaiknya anak tersebut tidak terlalu banyak
diberi makanan atau minuman mengandung laktosa. Contohnya saja, ibu bisa beri
susu dengan kadar yang sedikit.
Kenapa
demikian? Karena bagaimanapun juga laktosa itu dibutuhkan oleh tubuh. Anak bisa
lemas dan berat badannya turun jika tidak mendapatkan laktosa. Untuk itu,
kadarnya saja yang diturunkan. Tubuh hanya butuh waktu untuk beradaptasi.
Biarkan sistem pencernaan terbiasa untuk mencerna makanan dan minuman seperti
itu.
Anak
Yang Berisiko Mengalami Alergi Laktosa
Apakah
anak ibu berpotensi mengalami alergi laktosa? Anak yang punya risiko tinggi
terkena alergi laktosa adalah anak yang dulunya dilahirkan dalam keadaan
prematur. Selain itu, tidak ada faktor yang begitu mempengaruhi.
Untuk
anak kecil, kelahiran prematur bisa menimbulkan anak nanti mengalami alergi
terhadap laktosa. Sementara itu, beda dengan orang dewasa. Secara umum, semakin
dewasa usia seseorang maka potensi alergi laktosa itu semakin tinggi.
Meskipun
demikian, bukan berarti anak yang dilahirkan secara normal terhindar dari
alergi. Fakta menyebutkan hampir semua anak itu mengalami alergi, terutama di
bulan pertama mereka mendapatkan susu. Hanya saja, tingkat atau level alerginya
yang berbeda. Dan alergi tersebut akan berhenti dengan sendirinya ketika
usianya sudah mencapai sekitar 2 atau 3 tahun. Jadi, sebenarnya tidak ada yang
perlu terlalu dikhawatirkan.
Pada
intinya, alergi itu bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, jika alergi tersebut
terjadi dalam kurun waktu yang lama atau bahkan membuat perkembangan anak
terganggu, pada saat itulah sebaiknya ibu segera lakukan sesuatu. Temukan
allergennya lalu lakukan penanganan sesuai yang tepat.
Tindakan
seperti yang sudah dijelaskan di atas sebenarnya sudah cukup. Namun, jika ibu
merasa tidak ada perkembangan sama sekali, sebaiknya segera konsultasi dengan
dokter anak. Bawa sang buah hati agar mendapatkan observasi sehingga diketahui
apa penyebab utama alergi yang dialami oleh si kecil.
Kalaupun
itu disebabkan oleh laktasa, jangan langsung berhenti mengkonsumsi makanan atau
minuman tertentu yang sering dikatakan diet. Itu tidak perlu dilakukan. Hanya
saja, kurangi dulu kadar makanan atau minuman yang mengandung laktosa. Dengan
demikian lambat laun alergi laktosa akan berhenti dengan sendirinya.