Tuesday, March 20, 2018

Alergi Laktosa Beda Lho Sama Alergi Susu Sapi




Karena beda antara alergi laktosa dengan alergi susu sapi, tentu penanganannya tidak sama. Sayangnya, banyak orang tua yang menganggap alergi susu sapi itu sama dengan alergi laktosa.


Bahkan, ada yang tidak peduli entah itu alergi apa. Kalau anak alergi, ada orang tua yang langsung menghentikan pemberian susu sapi. Akibatnya, kebutuhan nutrisi anak tidak tercukupi sehingga perkembangan anak mengalami keterlambatan.

Tentu ibu tidak ingin hal tersebut terjadi, bukan? Maka dari itu, setidaknya ibu terus belajar banyak mengenai tumbuh kembang anak dan hal-hal yang bisa mempengaruhi, terutama mengenai alergi terhadap laktosa. Yang pasti, sekarang ibu hurus ingat alergi susu sapi dengan alergi laktosan itu beda ya bu.

Alergi Laktosa dan Penanganannya

Sebelumnya, ibu harus tahu dulu apa itu alergi. Sebenarnya, ini bukan gangguan kesehatan atau penyakit ya bu. Ini hanya respon tubuh terhadap allergen atau zat yang menyebabkan alergi. Bisa saja allergen tersebut tidak berbahaya. Namun, karena asing, tubuh merasa allergen tersebut berpotensi menyebabkan masalah. Akibatnya, tubuh merespon dengan alergi.

Kasus ini sering terjadi pada anak yang alergi susu sapi. Coba ibu bayangkan bagaimana mungkin susu sapi justru membuat anak mengalami gatal-gatal dan panas. Aneh, kan? Dan tidak bisa hal tersebut langsung ibu sebut susu sapi itu penyebab penyakit. Bukan ya bu. Itu hanya disebabkan oleh alergi.

Lalu, apa yang dimaksud dengan alergi laktosa? Itu artinya tubuh menganggap laktosa merupakan zat yang berbahaya. Laktosa allergennya.

Para ahli kesehatan bisa menjelaskan hal tersebut. Menurut mereka, laktosa di dalam tubuh anak yang terlalu sedikit membuat laktosa yang didapatkan dari susu atau makanan tertentu tidak bisa cerna. Jadi, bakteri di dalam tubuh tidak bisa membantu penguraian laktosa tersebut sehingga hal tersebut menyebabkan beberapa gejalan.

-          Kembung
Ini gejala yang paling sering dialami oleh anak yang alergi terhadap laktosa. Karena makanan atau minuman yang mengandung laktosa masuk ke dalam tubuh namun tidak bisa diuraikan, makanan tersebut menghasilkan gas dalam jumlah yang banyak. Akibatnya, anak mengalami perut kembung.

Tentu saja perut kembung tidak bisa dijadikan satu-satunya acuhan anak mengalami alergi laktosa atau tidak. Tentu harus ada gejala lain yang harus dipertimbangkan. Dengan demikian, ibu yakin betul ini bukan kembung biasa tapi kembung disebabkan oleh alergi.

-          Sakit Perut
Selain kembung, bisa juga anak mengalami sakit perut. Ini sama halnya seperti makanan atau minuman tidak bisa dicerna dengan sempurna sehingga menumpuk di dalam perut. Akibatnya, perut menjadi keras dan sakit. Ini juga yang terjadi jika anak alergi laktosa.

-          Diare
Ada sisa makanan yang walaupun tidak dicerna secara sempurna berhasil dikeluarkan. Hanya saja, bukan berupa BAB biasa tapi diare.

Ini sama dengan anak yang alergi terhadap susu sapi. Namun, untuk membedakan antara alergi laktosa dengan alergi susu sapi, perhatikan juga gejala lainnya.

Setidaknya tiga gejala itu yang menunjukkan anak alergi terhadap laktosa. Lalu, apa yang seharusnya ibu segera lakukan? Apakah harus menghentikan memberikan makanan atau minuman seperti susu yang mengandung laktosa? Ternyata, hal tersebut tidak disarankan oleh para ahli kesehatan.

Untuk anak yang alergi terhadap laktosa, sebaiknya anak tersebut tidak terlalu banyak diberi makanan atau minuman mengandung laktosa. Contohnya saja, ibu bisa beri susu dengan kadar yang sedikit.

Kenapa demikian? Karena bagaimanapun juga laktosa itu dibutuhkan oleh tubuh. Anak bisa lemas dan berat badannya turun jika tidak mendapatkan laktosa. Untuk itu, kadarnya saja yang diturunkan. Tubuh hanya butuh waktu untuk beradaptasi. Biarkan sistem pencernaan terbiasa untuk mencerna makanan dan minuman seperti itu.

Anak Yang Berisiko Mengalami Alergi Laktosa

Apakah anak ibu berpotensi mengalami alergi laktosa? Anak yang punya risiko tinggi terkena alergi laktosa adalah anak yang dulunya dilahirkan dalam keadaan prematur. Selain itu, tidak ada faktor yang begitu mempengaruhi.

Untuk anak kecil, kelahiran prematur bisa menimbulkan anak nanti mengalami alergi terhadap laktosa. Sementara itu, beda dengan orang dewasa. Secara umum, semakin dewasa usia seseorang maka potensi alergi laktosa itu semakin tinggi.

Meskipun demikian, bukan berarti anak yang dilahirkan secara normal terhindar dari alergi. Fakta menyebutkan hampir semua anak itu mengalami alergi, terutama di bulan pertama mereka mendapatkan susu. Hanya saja, tingkat atau level alerginya yang berbeda. Dan alergi tersebut akan berhenti dengan sendirinya ketika usianya sudah mencapai sekitar 2 atau 3 tahun. Jadi, sebenarnya tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan.

Pada intinya, alergi itu bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, jika alergi tersebut terjadi dalam kurun waktu yang lama atau bahkan membuat perkembangan anak terganggu, pada saat itulah sebaiknya ibu segera lakukan sesuatu. Temukan allergennya lalu lakukan penanganan sesuai yang tepat.

Tindakan seperti yang sudah dijelaskan di atas sebenarnya sudah cukup. Namun, jika ibu merasa tidak ada perkembangan sama sekali, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter anak. Bawa sang buah hati agar mendapatkan observasi sehingga diketahui apa penyebab utama alergi yang dialami oleh si kecil.

Kalaupun itu disebabkan oleh laktasa, jangan langsung berhenti mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu yang sering dikatakan diet. Itu tidak perlu dilakukan. Hanya saja, kurangi dulu kadar makanan atau minuman yang mengandung laktosa. Dengan demikian lambat laun alergi laktosa akan berhenti dengan sendirinya.

No comments:

Post a Comment